Menjadi feminim identik dengan kaum ibu. Begitu juga polisi wanita (Polwan) di jajaran Unit Register dan Identifikasi SIM Satuan Lalu Lintas Poltabes Bandar Lampung. Saat memeringati Hari Kartini, Rabu (21/4) lalu, Polwan yang biasa berseragam dinas dan lebih menonjol sisi maskulinnya tampil berkebaya di hadapan masyarakat.
“Adem juga melihatnya. Ternyata sisi feminim Polwan masih melekat,” kata Tinah (24), warga Telukbetung Barat, salah seorang calon pembuat SIM yang datang ke Unit SIM Satlantas Poltabes Bandar Lampung.
Belum lima menit Tinah didampingi salah seorang Polwan berkebaya layaknya R.A. Kartini. Dengan pita biru bertulis “Pemandu Pelayanan” terselempang di dada, Polwan itu memberi penjelasan kepada Tinah tentang tata cara mengisi formulir permohonan pembuatan SIM. “Kalau bisa jangan cuma Hari Kartini saja ,” kata Tinah.
Sama seperti pengakuan Tinah, Husin (30), warga Kedaton, mengaku merasa jauh lebih akrab dengan Polwan yang berkebaya.
Kanit Registrasi dan Identifikasi Sat Lantas Poltabes Bandar Lampung, Ajun Komisari Polisi Yuni Iswandari Yuyun, S.Ik, hari itu mengenakan kebaya lengkap. “Kami ingin menunjukkan pelayanan SIM juga punya sisi humanisme,” katanya.
Di jajaran Registrasi dan Identifikasi Sat Lantas Poltabes Bandar Lampung, ada empat Polwan, termasuk Ajun Komisari Polisi Yuni Iswandari Yuyun, S.Ik, dari sebanyak 15 petugas. Pada peringatan Hari Kartini, semua Polwan mengenakan kebaya lengkap dengan sanggul. “Harapan kami masyarakat bisa merasa lebih akrab dengan petugas,” kata Yuni.
Yuni sendiri mengaku agak canggung dengan penampilannya, karena sudah terbiasa dengan seragam lengkap dan bisa bergerak leluasa. Dengan berkebaya, gerakan menjadi sangat hati-hati dan kurang gesit. “Ini justru lebih menguntungkan, karena petugas bisa memberi penjelasan dengan lebih santai. Masyarakat pun terlihat sangat apresiatif,” kata dia.
Selain itu, Yuni mengaku mengenakan kebaya saat bertugas seolah mengingatkan diri sendiri bahwa ada sosok wanita dalam diri seorang Polwan. “Berkebaya saat bertugas ini menjadi pengalaman berharga,” katanya.
Membagi Waktu
Bercerita tentang sosok Polwan, Yuni mengaku seorang Polwan harus bisa membagi diri antara tugas dan keluarga. Di luar tugas kepolisian, Polwan adalah sosok wanita yang mesti memposisikan diri sebagai istri sekaligus ibu dari anak-anaknya.
“Ada juga Polwan di unit saya yang menjadi istri seorang Kapolsek. Ia harus bisa memosisikan diri sebagai bawahan seorang Kapolsek sekaligus sebagai istri,” kata Yuni, istri dari M. Faizal Reza, seorang pegawai di Bank Syariah Mandiri Kota Metro.
Menurut Yuni, di jajaran Polda Lampung banyak Polwan yang berprestasi bukan saja di lingkungan kerja, tetapi juga berhasil menjadi seorang ibu sekaligus istri. Bahkan, ada beberapa Polwan yang menempati posisi sebagai Kapolsek yang harus menjadi pemimpin bagi bawahan yang sebagian besar laki-laki.
“Kalau dipikir secara umum, pasti ada kendala psikologis. Tapi, ternyata Polwan juga mampu menjadi pemimpin bagi polisi laki-laki,” kata dia.
Paduan Suara
Di luar tugas-tugas kepolisian, Polwan di lingkungan Polda Lampung juga aktif membentuk kelompok paduan suara. Selasa (20/4) lalu, AKP Yuni meminta dua staffnya di jajaran Registrasi dan Identifikasi Sat Lantas Poltabes Bandar Lampung untuk mendata Polwan-Polwan yang memiliki kegemaran bernyanyi.
Setelah mendata beberapa nama, Yuni kemudian menghubungi lewat telepon. Beberapa menit terlibat percakapan yang intinya mengajak masuk dalam kelompok paduan suara Polwan.
“Banyak Polwan yang punya bakal menyanyi. Belum lama ini kami membentuk kelompok paduan suara yang peserta para Polwan di jajaran Polda Lampung. Saat pelatikan Kapolda baru, kelompok kami tampil untuk pertama kali,” kata Yuni.
Yuni merupakan penggerak kelompok paduan suara itu. Anggota kelompok merupakan Polwan yang direkrut dari berbagai daerah. Pembentukan kelompok paduan suara ini bertujuan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki Polwan sekaligus mencari alternatif agar tidak jenuh dengan tugas sehari-hari. budi hatees
Disampaikan Kanit Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya kepada wartawan di Mapolrestabes Surabaya. Meskipun bertugas dan berlatih menembak, polisi sama seperti wanita pada umumnya dan wajib menghormati jasa RA Kartini.
Tidak hanya ketika latihan menembak, para Polwan yang berdinas di Satreskrim juga memakai pakaian tradisional Kebaya selama bekerja satu hari penuh, khusus 21 April 2011. Semua kegiatan mulai dari pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi-saksi dalam rangka pembuatan erkas acara pemeriksaan (BAP) tetap mengenakan pakaian khas Jawa tersebut.
Selain itu, hal serupa juga terlihat di bagian pengurusan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Semua wanita yang terlibat melayani pemohon surat menggunakan kebaya
0 komentar:
Post a Comment